14 September 2009

Masihkah Kita Terus Berselisih?

1 komentar
"Perumpamaan kaum Muslimin dalam cinta, kekompakan, dan kasih sayang bagaikan satu tubuh, jika salah satu anggota tubuhnya mengeluh sakit, maka seluruh anggota tubuh juga ikut menjaga dan berjaga.” (HR Bukhari).

Pada tahun 2009 ini, begitu banyak deretan peristiwa yang seharusnya menggugah rasa solidaritas dan membuat kaum muslim semakin kuat lagi untuk bersatu.
Penyerangan terhadap saudara kita di tanah perjuangan Gaza, begitu kejinya dilakukan oleh Israel pada awal tahun ini. Jumlah korbannya tak kurang dari 1000 syahid dan syahidah. Kemudian dalam tengah tahun ini di wilyah Xinjiang, Cina, tragedi pembantaian yang menimpa sekelompok masyarakat yang sebagian besarnya adalah muslim telah terjadi. Jumlah korban yang mati dalam peristiwa yang memilukan tersebut mencapai 156 jiwa, dan 800 lainnya luka-luka, sementara 1434 muslim diculik. Belum lagi jika kita mengingat syahidah Marwa Al Sharbini yang berjuang mempertahankan jilbabnya, meninggal ditusuk oleh seorang pemuda Jerman keturunan Rusia, dalam proses kesaksian di ruang pengadilan! Suaminya tak lepas dari kezhaliman tersebut dengan ditembak oleh aparat saat ingin melindungi istrinya yang sedang hamil tiga bulan itu.
Sungguh tidak terbayang oleh kita kekejian itu terjadi di dunia yang kita tempati ini. Belum lagi tuduhan teror yang kembali mencuat kepada kaum muslimin, dan begitu konstan dan kuat media mengopinikan hal itu membuat masyarakat dunia memiliki persepsi bahwa pelaku teror adalah ummat Islam. Kita juga ingat bagaimana pelajar Indonesia di Mesir ditangkap dan diinterogasi hanya karena kagum dengan sosok seorang pejuang palestina dan membuka website yang berisi tentang beliau. Bahkan belakangan ini, begitu kuatnya persepsi bahwa terorisme muncul dari umat Islam membuat aparat kita melakukan pengawasan terhadap pengajian-pengajian, sebagaimana yang pernah terjadi saat dulu di era orde baru.
Sungguh ironis...
Peristiwa-peristiwa tersebut memiliki hubungan yang sangat erat pada salah satu hal yang menjadi pekerjaan rumah yang amat besar bagi ummat Islam, yakni “solidaritas sosial tanpa batas”.
Inilah saat kita berkata pada dunia bahwa seorang muslim, adalah seseorang yang paling peduli dengan orang lain, tanpa mempertimbangkan untung rugi secara materi. Saat bersedekah, Rasulullah saw berkata pada Aisyah r.a. bahwa porsi "kekayaan" sebenarnya yang menjadi milik kita, adalah justru porsi yang kita sedekahkan. Luar biasa. Jika kebaikan dan kepedulian sosial kaum muslimin sudah bisa menjamah saudara-saudaranya yang lain mulai yang terdekat hingga di seluruh belahan dunia ini, dan terus merambah hingga ke semua manusia tanpa memandang ras dan agama di muka bumi ini, maka ummat Islam akan menemukan makna sebenarnya tentang Islam dalam menjadi soko guru peradaban dunia ini, dan ummat yang lain akan menemukan kedamaian sesungguhnya hidup dalam naungan Islam. Tak ada hal yang kecil, karena menyingkirkan halangan dari jalan saja merupakan bentuk keimanan yang akan diberikan ganjaran oleh Allah SWT dengan meringankan kesulitan-kesulitan yang kita alami.
Mudah-mudahan, setiap Ramadan dapat menjadi khusus momen bagi kita untuk meningkatkan rasa peduli dan berbagi, dan menjaga rasa solidaritas kita terhadap kaum muslim di seluruh bagian dunia ini. Di mana lagi bisa kita jumpai manusia yang bisa lapar saat ada makanan, dan bisa tetap berbagi saat hanya memiliki seteguk air?
Wallahua'lam bishshawab.

1 komentar:

Anonim says:
9/15/2009 8:36 AM

Assalamu'alaikum,
Dengan melihat fenomena seperti yang dipaparkan dalam artikel ini, memang sudah se'wajib'nya elemen-elemen umat Islam dimana saja mereka berada untuk merapatkan saf di medan jihad. Demi kekuatan barisan di hadapan musuh, lupakanlah perbedaan-perbedaan furu'iyah, janganlah mudah saling menyerang saudara sendiri dengan tuduhan-tuduhan yang menyakitkan jiwa, seperti "ahli bid'ah", "kafir", "khawarij"....
Sekali lagi marilah bersatu wahai ikhwah, siapa pun Anda, dari 'faksi' harakah mana pun Anda berasal, dan apa pun mazhab fikih Anda. Semoga dengan demikian, Allah berkenan mengembalikan "'izzah" kita di depan musuh-musuh agama-Nya.